The Biggest Risk of Social Media: Cyber Bullying



Perkembangan teknologi yang pesat telah menghasilkan budaya baru di tengah kehidupan masyarakat: media sosial. Tidak hanya di kalangan orang dewasa, media sosial juga sangat populer di kalangan remaja, dan bahkan anak-anak. Penelitian yang dilakukan oleh PewResearch Center awal tahun ini menunjukkan bahwa 74% pengguna internet menggunakan media sosial. Beragam jenis media sosial yang sedang digandrungi seperti Facebook, Twitter, Path, hingga Instagram, memiliki fitur tersendiri yang memikat para penggunanya. Tanpa disadari, perkembangan teknologi yang semakin memudahkan individu untuk saling berinteraksi ini juga meningkatkan resiko bullying. Kini, muncul istilah baru untuk aksi bullying yang dilakukan lewat internet atau media sosial lainnya, yaitu cyber bullying. Mengirim pesan dengan isi yang mengganggu, mengancam, menghina, dan mempermalukan merupakan salah satu contoh kasus cyber bullying yang marak terjadi pada remaja atau anak-anak di media sosial.
            Cassidy, salah seorang gadis asal Kanada yang masih berusia 13 tahun harus merasakan pahitnya menjadi korban cyber bullying yang dilakukan oleh teman-teman sekolahnya. Cassidy dikenal sebagai anak yang berprestasi dan bertanggung jawab. Tak jarang, teman-temannya meminta bantuan kepada Cassidy ketika mereka mengalami kesulitan Masalah berawal ketika ia dipilih menjadi penasihat siswa (Student Advisor) di kelasnya. Jabatan tersebut mengharuskan Cassidy untuk bertanggung jawab pada murid-murid di kelasnya, terutama ketika ada masalah. Cassidy sendiri, menurut penilaian salah satu temannya, merupakan gadis yang cenderung pendiam dan selalu menghindari konflik, bahkan konflik kecil sekalipun. Dengan jabatan baru dikelasnya ini, kini ia harus berhadapan dengan siswa nakal yang sering menimbulkan masalah di kelas.
Salah satu siswa di kelasnya yang tidak suka pada Cassidy membuat halaman di Facebook dengan nama “Aku Benci Cassidy dan Aku Harap Dia Mati”. Dalam waktu singkat, halaman itu sudah dipenuhi banyak komentar negatif dari teman-teman sekelas Cassidy yang ternyata juga membenci dia. Banyak ejekan dan kata-kata kasar yang dituliskan di halaman tersebut. Karena kejadian tersebut, Cassidy menjadi yakin bahwa teman-temannya akan membenci dia selamanya.
            Untungnya masalah berhasil diselesaikan setelah Cassidy bercerita kepada kedua orang tuanya tentang cyber bullying yang dia alami, walaupun tidak semudah itu. Berbagai cara ditempuh oleh orang tua Cassidy untuk menyelesaikan kasus cyber bullying yang dialami putrinya, mulai dari melapor pada pihak sekolah, menghubungi pihak Facebook, meminta bantuan polisi, hingga melapor pada Komisi HAM di provinsi tempat mereka tinggal.
            Kejadian cyber bullying yang dialami Cassidy meninggalkan luka dalam dirinya, yang tidak bisa dihapuskan. Setelah kejadian itu, beberapa aspek dari dirinya berubah. Ia menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab, ia juga menentang aksi bullying, baik secara langsung maupun melalui internet.
            Korban cyber bullying lainnya dengan akhir yang lebih tragis adalah Hannah Smith, gadis berusia 14 tahun yang bunuh diri akibat menjadi korban cyber bullying di media sosial Ask.fm. Hannah ditemukan meninggal di kamarnya oleh kakaknya, Jo. Sebelumnya, ia dikenal sebagai gadis yang periang dan jarang menunjukkan kesedihannya. Setelah penyelidikan kasus tersebut, diketahui bahwa Hannah memutuskan untuk bunuh diri setelah menerima pesan-pesan ejekan dan hinaan di akun sosial media Ask.fm miliknya. Ask.fm sendiri merupakan sosial media berbasis tanya-jawab yang tersedia online. Pertanyaan yang diajukan dapat berupa anonymous atau tanpa nama, sehingga seringkali disalahgunakan untuk mengirim ejekan atau hinaan pada si pemilik akun.
            Internet memang mempermudah proses komunikasi sehingga dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, tetapi perlu diingat juga bahwa kemudahan itu juga dapat menjadi celah untuk melakukan kejahatan. Dengan kemudahan akses, semakin banyak orang yang menjadi pelaku dan korban kejahatan dunia maya. Oleh karena itu, ada baiknya jika kita dapat menggunakan internet dengan bijak dan benar, untuk mencegah hal-hal yang kurang diinginkan. Pendidikan lebih lanjut juga perlu diberikan kepada remaja dan anak-anak, sebagai mayoritas pengguna sosial media, agar mereka dapat menghindari dampak negatif dari penyalahgunaan sosial media di era modern ini.

Referensi:
www.pewinternet.org
aspanational.wordpress.com/2012/02/07/cyber-bullying-a-question-of-punishment/

0 comments